penanews.id, JOMBANG – Tak banyak yang tahu, di luar aktivitasnya sebagai pegiat HAM dan cendikiawan. Almarhum KH Solahuddin Wahid juga seorang penyayang binatang utamanya kucing.
Sejak pulang kampung untuk mengasuh Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang. KH Solahuddin Wahid yang punya sapaan akrab Gus Solah, memelihara banyak kucing mulai dari ras angora hingga kucing kampung biasa.
Kucing-kucing iti tak hanya diberi makan. Tapi juga diistimewakan dengan dibuat rumah khusus hingga dimandikan agar wangi.
Ketika Gus Solah wafat pada 2 Februari di RS Harapan Kita Jakarta. Tidak hanya keluarga dan santri Tebuireng yang berduka. Kucing yang dirawatnya pun merasa kehilangan.
Seekor kucing berwarna belang: hitam dan putih. Mendadak masuk ke kompleks makam dan tidur di samping makam Gus Solah. Seorang pengurus pesantren memotret momen pada hari ke 6 wafatnya Gus Solah itu.
Ketika foto itu beredar di media sosial, dengan segera menjadi perbincangan hangat netizen dengan segala pendapatnya.
Tapi, saat melihat foto itu, saya justru teringat pada novel The Travelling Cat Chronicles. Hiro Arikawa, penulis novel ini, menjawab semua pertanyaan tentang kucing: tabiatnya, kesukaannya, cara mereka memandang manusia, dan kebiasaan-kebiasaannya.
Travelling Cat adalah novel tentang persahabatan seorang pemuda dengan seekor kucing liar di Tokyo. Novel ini mengajarkan bahwa sebuah ketulusan akan berbuah kasih sayang meski dari seekor hewan yang mengiau. (EMBE)