Penanews.id, Surabaya – Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR), yang bertempat di Fahum UINSA. Agenda tahunan ini merupakan ceremonial pendemisioniran pengurus Rayon masa jabatan 2018-2019 sekaligus peresmian mandataris pengurus Rayon masa jabatan 2020-2021, Kamis, (26/12/2019).
Forum tersebut membahas beberapa persidangan mulai dari Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), Garis Besar Haluan Kerja (GBHK), Peraturan Organisasi (PO), Rekomendasi, Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dan pemilihan calon ketua Rayon.
Dalam forum RTAR tersebut diketahui terdapat banyak kejanggalan. Diantaranya adalah ketua pelaksana yang dipilih oleh Pengurus Harian (PH) Rayon secara tertutup menjadikan Forum cenderung diselimuti tendensius kelompok tertentu.
“Ketua pelaksana yang dipilih BPH Rayon tertutup, menjadikan forum diselimuti tendensius kelompok tertentu,” ungkap salah satu peserta sidang.
Tidak hanya itu, ditemukan juga bukti bahwa Pimpinan Sidang dari Pengurus Cabang PMII Surabaya tidak mengantongi surat tugas/mandat. Padahal, yang bersangkutan akan mempimpin sidang untuk pemilihan ketua Rayon PMII Adab masa jabatan 2020-2021.
Namun demikian, acara tersebut tetap dilanjutkan sampai forum melakukan pemilihan secara aklamasi terhadap kader yang bernama Wahid sebagai ketua Rayon terpilih.
Menurut pengakuan salah satu kader PMII Adab yang tidak berkenan disebutkan namanya, acara RTAR adalah bentuk pengkhianatan kepada kader PMII Adab.
“Forum ini merupakan bentuk pengkhianatan kepada kami. Kami benar-benar tidak mengerti dan sangat kecewa,” ungkapnya.
Masih dari keterangan yang bersangkutan, sebelum RTAR dilakukan kader PMII Adab El-Ittihad ‘17 (kader PMII Adab angkatan 2017) telah mengadakan acara konferensi angkatan (atas perintah PH Rayon Adab) dan menyatakan kader yang bernama Sohibul Buroq sebagai calon ketua Rayon karena mendapat suara terbanyak.
Acara konferensi untuk pemilihan ketua Rayon tersebut telah mendapat restu dari ketua Rayon menjabat yaitu Wildan Ainur Aditya.
Namun, setalah didapat calon ketua Rayon hasil keputusan dari konferensi angkatan, pada forum RTAR berlangsung dilakukan pemilihan ulang ketua Rayon. “Forum RTAR ini sangat aneh,” ungkap mahasiawa asal Madura tersebut.
Kecacatan sistem yang dibangun membuat sebagian kader PMII Adab melakukan protes keras. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh kader berinisial “S” dan “I” yang memilih keluar forum padahal acara belum usai.
Tidak berhenti disitu, persoalan tersebut juga mendapat perhatian yang serius dari para senior PMII Adab UINSA. Salah satunya datang dari mantan ketua Rayon PMII Adab 2016-2017 sendiri Rijalul Mahdiy.
Ia mengatakan bahwa ada sebagian pihak yang mempunyai kepentingan atas acara ini dan melakukan segala cara untuk mendukung kepentingannya.
“RTAR ini cacat sistem, kepentingan kelompok didesign dengan sistematis untuk melangsungkan oligarki kekuasaan,” ungkapnya.
Akhirnya, untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diadakan diskusi antara mantan ketua Rayon, RIjalul Mahdiy, dengan ketua Rayon menjabat, Wildan Ainur Aditya.
Namun, setalah didapat calon ketua Rayon hasil keputusan dari konferensi angkatan, pada forum RTAR berlangsung dilakukan pemilihan ulang ketua Rayon. “Forum RTAR ini sangat aneh,” ungkap mahasiawa asal Madura tersebut.
Kecacatan sistem yang dibangun membuat sebagian kader PMII Adab melakukan protes keras. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh kader berinisial “S” dan “I” yang memilih keluar forum padahal acara belum usai.
Tidak berhenti disitu, persoalan tersebut juga mendapat perhatian yang serius dari para senior PMII Adab UINSA. Salah satunya datang dari mantan ketua Rayon PMII Adab 2016-2017 sendiri Rijalul Mahdiy.
Ia mengatakan bahwa ada sebagian pihak yang mempunyai kepentingan atas acara ini dan melakukan segala cara untuk mendukung kepentingannya.
“RTAR ini cacat sistem, kepentingan kelompok didesign dengan sistematis untuk melangsungkan oligarki kekuasaan,” ungkapnya.
Akhirnya, untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diadakan diskusi antara mantan ketua Rayon, RIjalul Mahdiy, dengan ketua Rayon menjabat, Wildan Ainur Aditya.
Diskusi berjalan alot dan penyelesaian belum juga ditemukan. Rijal Mahdiy mengungkapkan, ia akan menindak lanjuti permasalahan ini ke ranah hukum organisasi, Pengambilan langkah untuk mengajukan surat permohonan pembekuan PMII Rayon Adab. “Langkah tersebut paling cocok untuk menyikapi kejahatan oligarki yang sistematis tersebut,” tegasnya. (IHM/CK)