• Redaksi
  • Pedoman
  • Hubungi
  • Karir
  • Iklan
  • Policy
  • Disclaimer
Senin, 19 Mei 2025
Penanews.id
  • Nasional
  • Nusantara
  • Madura
  • Jatim
  • Wisata & Kuliner
  • Olahraga
  • Tekno
  • Ekonomi
  • Opini
  • Jepret
Tidak ditemukan
Lihat Semua
  • Nasional
  • Nusantara
  • Madura
  • Jatim
  • Wisata & Kuliner
  • Olahraga
  • Tekno
  • Ekonomi
  • Opini
  • Jepret
Tidak ditemukan
Lihat Semua
Penanews.id
Tidak ditemukan
Lihat Semua
Beranda Opini

Solusi Psikologi (tentang Teror Pelemparan Sperma)

  • Jumat, 22 November 2019 16:00
FacebookTwitterWhatsApp
Tersangka pelempar sperma (nusabali.com)

Oleh: Made Supriatma

Mungkin Anda tidak memperhatikan. Saya juga tidak. Tapi entah mengapa dia muncul di lini masa saya seolah meminta perhatian.

Baca Juga:

Kasus Teror Sperma ke Istri Teman, Dokter di Semarang Dihukum Enam Bulan

Dokter Bejat: Intip Istri Teman Saat Mandi, Lalu Oleskan Sperma ke Makanan Korban

Saya bicara soal pemuda yang meneror perempuan-perempuan dengan melempari mereka dengan pejuh atau spermanya. Saya tidak tahu bagaimana detailnya.

Entah sperma itu dibotolin, disimpan, atau fresh from the dick kemudian dilempar begitu kepada perempuan yang menjadi korbannya.

Itu terjadi di Tasikmalaya. Saya kira, soal seperti ini bisa terjadi dimana saja. Tidak secara spesifik menyangkut satu tempat tertentu.

Terus terang, perilaku ini menjijikkan. Namun dibalik itu, tentu ada yang sebabnya. Orang seperti ini jelas sakit.

Sementara itu, di Bandung (eh Jawa Barat lagi) juga ada fenomena ekshibisionisme. Ada laki-laki yang meneror perempuan-perempuan dengan menunjuk-nunjukkan kelaminnya. Ini juga gejala sakit jiwa.

Sekalipun sakit, apakah mereka tidak boleh dihukum? Ini persoalan lain lagi. Pedofilia adalah juga gangguan jiwa. Namun para pedofil tetap dijebloskan ke dalam penjara.

Soal ini pun masih menjadi perdebatan. Bagaimana menurut Anda? Haruskan orang-orang ini dijebloskan ke penjara? Atau mereka harus mengalami rehabilitasi (saya pernah membaca studi yang mengatakan hampir tidak mungkin untuk merehabilitasi para pedofil atau ekshibisionis.

Benarkah demikian? Saya tidak tahu. Mungkin para psikolog dan seksolog bisa menerangkan dengan lebih baik.)

Disinilah sebenarnya saya tergelitik. Persoalan lempar sperma dan unjuk burung yang menjijikkan ini seharusnya membuat kita melihat ke kedalaman.

Misalnya, persoalan ini seharusnya membikin kita bertanya, mengapa ini terjadi? Apakah ini karena soal psikis pribadi? Ataukah ada faktor psiko-sosial yang mendorongnya? Lalu bagaimana masyarakat harus menanggapi ini?

Jelas ini soal yang agak rumit dan menuntut keahlian untuk memahaminya.

Yang menarik untuk saya adalah bagaimana media terbesar di Indonesia menanggapinya. Seperti bisa, media ini mengutus wartawannya meminta pendapat. Dan, sejak dari dulu, berita kita adalah pendapat.

Para editor di koran kita ini menyuruh wartawannya untuk mewawancarai seorang psikolog. Dan hasilnya sangat epik! Saya kira, Anda harus membaca seluruh analisisnya.

Si wartawan merangkum pembicaraan dengan psikolog itu dengan bahasa Indonesia yang cukup membikin berkerut.

Dia menulis bahwa sang psikolog menangkap keanehan dari perilaku pelempar pejuh ini. Kesalahan ditimpakan pda pornografi. Sementara pemuda ini karena usianya sangat aktif secara seksual.

Anda tahu apa penyelesaian yang diberikan oleh psikolog kita ini dan ditulis secara membeo oleh wartawan kita dan editornya pun rupanya suka? Ya, benar. Kawin!

Pemuda ini harus kawin supaya pejuhnya tidak dilempar-lempar lagi.

Sederhana sekali bukan? Sesederhana, obat terbaik kalau lapar adalah makan.

Segera sesudah membaca berita ini, saya jatuh kasihan pada kawan-kawan yang saya kenal, yang belajar psikologi  secara serius.

Link berita:

https://regional.kompas.com/read/2019/11/20/13110471/psikolog-pelaku-pelempar-sperma-beraksi-akibat-telat-punya-pasangan?page=all

Tags: Teror sperma tasikmalayaTersangka pelempar sperma
58
Dilihat
FacebookTwitterWhatsApp

Berita Terkait

Meluruskan Narasi Negatif “Calon Tunggal”, Menuju Perhelatan Kontestasi Pilkada Bangkalan

Meluruskan Narasi Negatif “Calon Tunggal”, Menuju Perhelatan Kontestasi Pilkada Bangkalan

9 bulan yang lalu
90
Efek Elektoral Dukungan Demokrat Ke Prabowo

Efek Elektoral Dukungan Demokrat Ke Prabowo

2 tahun yang lalu
32
Perlunya Suksesi Kekuasaan

Perlunya Suksesi Kekuasaan

2 tahun yang lalu
49
Pastikan Kita Punya Urgensi Dan Alasan Yang Kuat Untuk Mengubah Sistem Pemilu

Pastikan Kita Punya Urgensi Dan Alasan Yang Kuat Untuk Mengubah Sistem Pemilu

2 tahun yang lalu
35
Moral Politik Transaksional

Moral Politik Transaksional

2 tahun yang lalu
37
Kurikulum Merdeka dan Teori Transmisi Kurikulum di Sekolah Kejuruan

Kurikulum Merdeka dan Teori Transmisi Kurikulum di Sekolah Kejuruan

2 tahun yang lalu
149
Berikutnya
Mengenal Taufan Garuda, Pendiri Pinjaman Online Fintech, Kini Stafsus Milenial Jokowi

Mengenal Taufan Garuda, Pendiri Pinjaman Online Fintech, Kini Stafsus Milenial Jokowi

  • Redaksi
  • Pedoman
  • Hubungi
  • Karir
  • Iklan
  • Policy
  • Disclaimer

© 2019 @Penanews.id All Rights Reserved

  • Nasional
  • Nusantara
  • Madura
  • Jatim
  • Wisata & Kuliner
  • Olahraga
  • Tekno
  • Ekonomi
  • Opini
  • Jepret

© 2021 Penanews.id All right reserved.