
Penanews.id , BANGKALAN – Musim kemarau tak mampir di Alas Rajah, ini sebuah desa berbukit, di Kecamatan Blega, sekitar dua jam berkendara dari pusat kota Kabupaten Bangkalan.
Saat desa lain warganya susah mandi karena sumur mengering dan pertanian libur. Di Alas Rajeh warganya tak susah air, sumur-sumur disana tetap mengalir, lahan-lahan pertanian tetap menghijau sepanjang tahun.
Dan ada ‘mutiara’ di Alas Rajah, yang tak banyak orang tahu yaitu Bawang merah. Sejak dulu, petani menanam bawang saat kemarau, namun dengan cara seadanya dan ala kadarnya.
Baru empat tahun belakangan, lewat bantuan dana desa, pertanian bawang lebih tertata dan sistematis. Pemerintah desa membantu pengadaan bibit, saluran irigasi juga diperbaiki.
Kini, dengan produksi rata-rata 34000 kilogram pertahun, bawang telah menjadi penyangga ekonomi warga dan Alas Rajeh layak menyandang ‘desa centra Bawang’ Bangkalan.
“Kalau musim hujan, lahan kami tanami padi dan sebagian jagung,” kata Abdurrahman, Sabtu 19 Oktober 2019.

Ketika ditemui penanews.id, rumah Abdurrahman dipenuhi bawang merah hasil panen dari lahan seluas 4 hektare. Lahan seluas itu membutuhkan 4 ton bibit dan bila panen lancar tanpa gangguan, mampu menghasilkan 34 ton bawang merah.
“Untuk para pekerja, semuanya putera desa,” ungkap dia.
Satu-satunya kendala yang dihadapi petani bawang Alas Rajeh adalah pemasaran. Mereka kesulitan menemukan pemasok bawang. Sehingga kadang terpaksa dijual eceran ke pedagang-pedagang pasar tradisional.
“Harapan ke depan, pemerintah untuk bibit dan irigasi yang luas. Agar pertanian lebih produktif lagi. Tentu membantu pemasaran bawang kami,” kata Bahroh, petani lainnya. (HKM)