penanews.id, Bangkalan – Ketika kabar wafatnya KH Maimun Zubair tersiar luas Selasa (6/8) lalu. Ucapan bela sungkawa dan doa mengalir membanjiri media sosial. Salat gaib dan tahlil digelar di masjid-masjid. Semua penghargaan itu menunjukkan sosok Mbah Moen adalah orang yang baik.
Pembacaan tahlil dan doa bersama untuk Mbah Moen juga digelar Kaconk Mahfud Institut (KMI), sebuah organisasi sosial berbasis di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Dihadiri belasan pengurusnya, doa bersama itu berlangsung khidmat.
“Sebagai warga Nahdliyyin, kami bersedih telah kehilangan seorang ulama panutan,” kata Pembina KMI, Mahfud, saat ditemui di sekretariat KMI di Perumahan IMC.
Mahfud yang kini menjabat Anggota DPRD Jawa Timur mengatakan tahlil dan doa bersama untuk Mbah Moen tidak hanya akan digelar sekali namun tiga kali. Yaitu pada hari pertama, hari ke tiga dan hari ke tujuh.
Bagi Mahfud, banyak pelajaran hidup yang bisa diteladani dari 90 tahun usia Mbah Moen. Salah satunya, Mbah Moen adalah ulama yang konsisten menjaga Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
“Kami sangat berbelasungkawa atas wafatnya Mbah Moen. Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisi Allah,” ujar dia.
GP Ansor Socah juga Tahlilan untuk Mbah Moen Tahlil dan doa bersama untuk Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang itu juga dilakukan pengurus PAC GP Ansor Kecamatan Socah. Berbarengan dengan kegiatan rutin Rijalul Ansor di Desa Petaonan.
Ketua PAC GP Ansor Socah Abdul Aziz mengatakan KH Maimun Zubair adalah ulama nasionalis. Menjelang akhir hayatnya, tema ceramah Mbah Moen tak jauh-jauh dari Pancasila dan NKRI.
“Pemuda Ansor harus meneruskan perjuangan beliau yaitu menjaga keutuhan NKRI. sebab ulama, NU, Banser dan Ansor punya andil besar dalam perang kemerdekaan,” kata Aziz.